Senin, 03 Juli 2017

DEFINISI ADAT

Menurut Kamus Dewan ,Adat bermaksud suatu peraturan yang diamalkan secara turun temurun (sejak dahulu kala) di dalam masyarakat sehingga merupakan hukum dan peraturan yang harus dipatuhi.Adat juga didefinasikan sebagai suatu cara yang sudah menjadi kebiasaan.Etimologi perkataan adat adalah dari bahasa Arab “Adah” yang bererti kebiasaan atau sesuatu perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang lalu menjadi kebiasaan yang tetap dan dihormati orang, maka kebiasaan itu menjadi adat. Kata majemuk adat ialah adat istiadat. Apabila konsep adat dijadikan istilah perkataan ini boleh disamakan dengan kebudayaan. Konsep adat dalam masyarakat bukan saja bermaksud istiadat atau upacara tetapi termasuk seluruh sistem hidup seperti sistem sosial, kepercayaan dan perundangan

 Adat Istiadat dalam masyarakat tradisional ialah segala yang berkaitan dengan proses kehidupan manusia bermula apabila seseorang itu lahir hingga beliau meninggal dunia. Adat Istiadat boleh dibahagikan kepada dua yaitu adat yang diamalkan oleh golongan bangsawan dan rakyat biasa.  Menurut Dr.Van Dijk mengatakan adat merupakan kesusilaan dan kebiasaan di semua lapangan hidup dan semua peraturan dan tingkah laku.

N A G A R I

Nagari adalah pembagian wilayah administratif sesudah kecamatan di provinsi Sumatera Barat, Indonesia.Istilah nagari menggantikan istilah desa yang digunakan di seluruh provinsi-provinsi lain di Indonesia.
Nagari merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Secara etimologi kata nagari berasal dari Bahasa Sanskerta  nagarom yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Bentuk lain dari kata ini antara lain nagara, negara, negeri, nagori, nogori, nogoro.
Nagari merupakan unit pemungkiman yang paling sempurna yang diakui oleh adat, nagari memiliki teritorial beserta batasnya dan mempunyai struktur politik dan aparat hukum tersendiri, selain itu beberapa kelengkapan yang mesti dipenuhi oleh suatu pemungkiman untuk menjadi nagari diantaranya adanya balai adat, masjid serta ditunjang oleh areal persawahan.
Dalam pembentukan suatu nagari sejak dahulunya telah dikenal dalam istilah pepatah yang ada pada masyarakat adat Minang itu sendiri yaitu Dari Taratak manjadi Dusun, dari Dusun manjadi Koto, dari Koto manjadi Nagari, Nagari ba Panghulu. Jadi dalam sistem administrasi pemerintahan di kawasan Minang dimulai dari struktur terendah disebut dengan Taratak, kemudian berkembang menjadi Dusun, kemudian berkembang menjadi Koto dan kemudian berkembang menjadi Nagari, yang dipimpin secara bersama oleh para Penghulu atau Datuak setempat. Dan biasanya disetiap nagari yang dibentuk itu minimal telah terdiri dari 4 suku yang mendomisili kawasan tersebut

NAGARI MENURUT PERTUMBUHANNYA
            Kalau dikemukakan semacam pertanyaan sudah barang tentu menghendaki suatu jawaban, yaitu, tantang nagari. Jawabanya adalah Suatu pemerintahan terendah dimana masyarakatnya merupakan sautu kesatuan sosial yang berlandasan kebudayaan dan keyakinan serta mempunyai hak untuk mengurus diri sendiri dan wilayahnya mempunyai batas batas tertentu dengan nagari lain.

Taratak
Dintinjau dari segi pertumbuhan nagari tersebut dimulai dengan TATAK ( taratak ) yang artinya malateh malaco, membuat tempat tinggal, namun nama taratak ini disebahagian nagari sudah jarang di temukan lagi, hanya ada beberapa tempat yang mana ini masih dapat ditemukan.

Dusun,
Dari Taratak yang berdekatan kemungkinan dua dan tiga , oleh orang tua - tua Taratak bermusyawarah dan menyusun tata pergaulan dan di susun badan badan tertentu .dari kata susun inilah lahirnya istilah Dusun dan bentuk fusi ini di kepalai oleh kepala Dusun, semenjak berlakunya undang - undangan No 5 tahun 1959 tentang pemerintahan Desa,
Akibat dari hal ini menimbulkan perubahan yang fondamental terhadap perintahan nagari yang selama ini berperan sebagai organisasi pemerintah , Realisasi dari Peraturan Daerah provinsi Sumateara Barat Nomor 7 Tahun 1981 Maka Kampung –Kampung dalan Kanagarian Matur Mudik Statusnya Menjadi Desa , maka dibawah Desa adalah RT Rukun Tetangga , maka istilah dusun telah hilang ditelan perjalanan sejarah , Kemudian kembali kepemerintahan Nagari sesuai dengan Peratuaran Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Pokok Pemerintahan Nagari ( Lembaran Daerah Tahun 2007 Nomor 2 )

K o t o ,
Beberapa buah Dusun lambat laut melahirkan satu gabungan dan timbul satu wadah baru namanya Koto , sebutan Koto ini masih banyak kita temui di Minangkabau ini
Didalam Koto ini sudah di temui Rumah Gadang sebagai lambang dari masing-masing persukuan , lama kelamaan nama Koto di sebahagian nagari bergeser menjadi nama Kampung.

ASAL USUL MATUA

ASAL USUL PENDUDUK

Penduduk nagari Matua terdiri dari tiga suku yaitu Tanjung, Caniago dan Sukumbang, dari beberapa yang dapat dikumpulkan asal usul penduduk nagari ini ada yang turun lansung dari Padang Laweh sungai Tarab, di bahagian lain datang dari Pariangan lalu malereang ke gunung Merapi, menetap sementara di Lasi, dan yang lainnya menetap di Padang Kunik, dan kehadiran meraka tidak sekali datang karena arah yang dilalui dapat dibedakan menjadi dua jurusan arah pertama dari Batu Babuai lalu memudikkan batang aia sampai di Sumpu aia Taganang yang kedua dari Batu Sikulambai lewat arah nagari Panta sekarang dan rombongan ini tersesat sampai di Batang Kasiak, kemudian berputar kearah kampuang tingga entah berapa lama kemudian rombongan ini bertemu dan tidak ditemukan keterangan yang jelas.

Batu Baselo
Satu tempat yang cukup dikenal oleh rakyat Matua disana dimasa yang lalu konon cerita yang beredar ditempat inilah nenek moyang mereka bermufakat untuk menentukan :
  1. Tempat pemukiman dan lahan pertanian maka ditunjukanlah Iko Tanah, kemudian kalimat ini oleh sebagian orang di pelesetkan menjadi Ikua Tanah.
  2. Sesuai dengan alam pemikiran orang Minangkabau yaitu alam takambang jadi guru dimana kondisi tanah sebelum matahari terbit tempat mereka bercocok tanam adalah dataran rendah yang sebagian darinya menjadi aliran air yang kemudian mereka sebut ilia dan di arah matahari terbenam adalah dataran tinggi sebagai sumber datangnya aia mereka katakan mudiak aia.
Hasil mufakat di batu baselo tersebut ditentukan siapa yang akan mengatur kelompok yang menetap di hilia dan siapa pula yang akan mengatur rombongan yang akan berpindah ke mudiak aia dari kalimat mengatur itulah lahir tersebut Matua Hilia dan Matua Mudiak dan sebahagian yang pindah ke mudiak aia membuat parit yang panjang itulah asalnya nagari Parit Panjang.
Menurut Sejarah Matua ada dua versi :

Ø  Versi I :
Satu tempat yang cukup dikenal oleh rakyat Matua yaitu batu baselo, disana dimasa yang lalu konon cerita yang beredar ditempat inilah nenek moyang mereka bermufakat untuk menentukan lokasi tempat berdomisili . Hasil mufakat tersebut ditentukan siapa yang akan mengatur kelompok yang menetap di Hilia dan siapa pula yang akan mengatur rombongan yang akan berpindah ke Mudiak . Dari kalimat mengatur itulah lahir kata  Matua , Matua Mudiak adalah yang mengatur sebelah Mudiak  dan Matua Hilia adalah yang mengatur sebelah Hilia,  dan sebahagian yang pindah ke Mudiak Sawah membuat parit yang panjang itulah asalnya nagari Parit Panjang.

Ø  Versi II
Konon diceritakan bahwa nenek moyang orang Matua selain dari kehidupanya bercocok tanam juga beburu. Diceritakan bahwa dari hasil berburu rusa tiga orang nenek moyang membagi rusa menjadi tiga bagian  yaitu sa atua untuk yang sebelah Mudiak , sa atua untuk yang sebelah hilia sedang paruik panjang ( usus , hati dll ) untuk yang di mudiak sawah. Dari kata atua itulah asal dari Matua yaitu sa atua HIlia, sa atua Mudiak dan paruik panjang.

Dalam alua persembahan adat sejarah ini diungkapkan:
Nan Tuah Kato Sapakat ,Nan Bana kato Baio, sapakat niniak dengan mamak , saiyo Alim jo Ulama ,saayun salangkah jo Nan Mudo, manyusun batu bakeh tagak, malukih janjang bakeh naiak, mambangun koto jo nagari, itulah Matua tigo jurai.
nagari tinggi karatan gunuang, sapihan singgalang jo marapi, lurah dalam timbunan aia,bukik guntung palutan kabuik,aia dareh ikan nyo jinak,pasia aluih udang nyo lia, sauang nyo jauah di nan dalam, usah di umpan dnan dangka, ambiaklah papeh rangsitingkai, banamo sisari bungkuak, mambao harato tumbangan nyao, dek lincah pantau mangulinding,umpan abih papung kok tanang,usahlah ragu manyalami.
Sifat tabiat rang dahulu, tingkah kurenah dinan tuo, di hilia tahan kan tangguak, di mudiak tahankan lukah, serakkan jalo dari hulu, pai samusim tak maragu, ilang bataun tak manyusah, lupo sabanta nan maragu, ragu di hati nan batanyo, ragu dimato nak maliek, di liek salinteh lalu, ditengok salayang pandang,
Matua Hilia :
Matua Hilia bamimba lamo, baukia alang babega,katik banamo indo rajo, pandai malafat jo maana,jarang basuo katandiang nyo.Taratak batu baselo,badusun ka laman gadang, bakoto kasurau lua, tapatan lareh sirah mato,nan bapegang arek baganggam taguah, kalau indak putuih mamancuang aka, basusun di katiak nyo, kalau putuih mamancuang aka layua sampai ka pucuak nyo.
Matua Mudiak :
Matua Mudiak baimam tungga, imam marajo bagindo ali,urang nan cadiak tangah koto, urang nan tuo di nagari pandai mangabek babuhua sentak jarang lah urang nan maungkai tibo nan punyo rarak sajo.
Tasabuik guguak nan tigo,di ilia guguak cumaniang,di ateh guguak malenggang,di bawah guguak pasibuah, bakoto kakoto barangai, mudiakan aia kahulunyo, Kayu pontong Banda Badarun, Bulakan batu Badaruik, Galanggang koto Badamping,Kabek Arek Karang Badagok , Tanek nan indak lalu aia, rapek nan indak lalu angin,jo mufakat malalukannyo
Parit Panjang :
Kabaruah ka Parit Panjang,balerong budi ganto suaro adaik jo limbago, bukan limbago maso kini tuangan dari Pagaruyung satitiak tak namuah hilang sabarih bapantang lupo, kampuang tangah jo Mudiak sawah, bukik Apik arang Hariamau indak kapai ka pulang disinggahinyo ,nan bapeggang arek babua mati Kabek Arek Karang Badagok bakato mangko baiyo, bajalan mangko bamulah , bana disabuik mangko ka dapek , takok diawai mangko jadi, sampai kini ba pakai juo  .
            Katigo nagari tersebut dibuekan kapado satu ungkapan nan indak lakang dek paneh, nan indak lapuak dek hujan yaitu “ Bamimba ka Matua Hilia Baimam ka Matua Mudiak, baradat ka Parit Panjang,

MACAM-MACAM ADAT DI MINANGKABAU

Adat dalam minangkabau merupakan kebudayaan yang utuh. Adat mengatur segala bentuk kehidupan peribadi dan masyarakat yang berlandaskan budi-pekerti yang baik dan mulia. Hal tersebut juga telah diungkapkan pada untaian kata pusaka “iduik dikanduang badan, mati dikanduang tanah”.
Adat minangkabau merupakan suatu susunan peraturan hidup yang diatur secara tertulis dalam bentuk kata-kata yang mengandung makna. “kato-kato” merupakan serangkaian istilah adat, maksudnya  serangkaian perkataan yang sekurang-kurangnya terdiri dari dua kalimat pendek, namun memiliki makna yang sangat luas.
Dalam adat minangkabau juga melarang perbuatan yang tidak sesuai dengan peraturan yang benar. Orang yang tidak sesuai dengan peraturan sering disebut “urang indak ba adat.
Dalam konsepnya, adat minangkabau didasarkan pada kenyataan yang hidup dan berlaku dalam alam. Adat tersusun dari serangkaian kata-kata, kata-kata berbentuk pertatah-petiti, dengan alam sebagai dasarnya. Seperti yang telah dijelaskan pada artikel falsafah minangkbau. Disana dijelaskan, orang minangkabau menjadikan alam sebagai sumber falsafah dalam membentuk adat disebut “ alam takambang jadi guru”.
Alam dengan sifat, bentuk, dan kehidupannya, dijadikan orang minangkabau untuk merumuskan adat. sifat alam yang tetap dijadikan “adat babuhua mati” dan sifat alam yang tidak tetap dijadikan “adat babuhua sentak”. berdasarkan semua itu, lahirlah empat tingkat (macam) adat yang sudah sering di ucapkan, Yaitu :
Adat Minangkabau terdiri atas empat jenis yaitu :
1.    Adat nan sabana Adat (tidak boleh dirobah-robah walau dengan musyawarah mufakat sekalipun ).
2.    Adat nan diadatkan oleh nenek moyang. (tidak boleh dirobah-robah walau dengan musyawarah mufakat sekalipun ).
3.    Adat teradat.
4.    Adat Istiadat.
Kedua jenis Adat pada 3 dan 4 hukumnya babuhua sentak (boleh dirobah-robah asal dengan melalui musyawarah mufakat)
1.     Adat nan sabana adat.
a.    Adat nan sabana Adat, adalah ketentuan hukum, sifat yang terdapat pada alam benda, flora dan fauna, maupun manusia sebagai ciptaan-Nya (Sunatullah). Adat nan sabana Adat ini adalah sebagai sumber hukum Adat Minangkabau dalam menata masyarakat dalam segala hal. Dimana ketentuan alam tersebut adalah aksioma tidak bisa dibantah kebenarannya. Sebagai contoh dari benda Api dan Air, ketentuannya membakar dan membasahkan. Dia akan tetap abadi sampai hari kiamat dengan sifat tersebut, kecuali Allah sebagai sang penciptanya menentukan lain (merobahnya).
b.    Alam sebagai ciptaan-Nya bagi nenek moyang orang Minangkabau yakni Datuak perpatiah nan sabatang dan datuak ketumanggungan diamati, dipelajari dan dipedomani dan dijadikan guru untuk mengambil iktibar seperti yang disebutkan dalam pepatah-petitih Adat :
Panakiak pisau sirawik, ambiak galah batang lintabuang,
silodang ambiakkan niru, nan satitiak jadikan lawik,
nan sakapa jadikan gunuang, Alam Takambang Jadi Guru.

2.    Adat nan diadatkan oleh nenek-moyang.
a.       Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya diatas yakni dengan meneliti, mempedomani, mempelajari alam sekitarnya oleh nenek-moyang orang Minangkabau, maka disusunlah ketentuan-ketentuan alam dengan segala fenomena-fenomenanya menjadi pepatah-petitih, mamang, bidal, pantun dan gurindam Adat dengan mengambil perbandingan dari ketentuan alam tersebut, kemudian dijadikan menjadi kaidah-kaidah sosial untuk menyusun masyarakat dalam segala bidang seperti : ekonomi, sosial budaya, hukum, politik, keamanan, pertahanan dan sebagainya.
b.    Karena pepatah-petitih tersebut dicontoh dari ketentuan alam sesuai dengan fenomenanya masing-masing, maka kaidah-kaidah tersebut sesuai dengan sumbernya tidak boleh dirobah-robah walau dengan musyawarah mufakat sekalipun. Justru kedua jenis Adat pada huruf (a) dan (b) karena tidak boleh dirobah-robah disebut dalam pepatah :
Adat nan tak lakang dek paneh, tak lapuak dek hujan,
dianjak tak layua, dibubuik tak mati,
dibasuah bahabih aia, dikikih bahabih basi.
Artinya adalah Kebenaran dari hukum alam tersebut . Selama Allah SWT, sebagai sang pencipta ketentuan alam tersebut tidak menentukaan lain, maka ketentuan alam tersebut tetap tak berobah
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa Adat nan diadatkan nenek moyang adalah merupakan pokok-pokok hukum dalam mengatur masyarakat MinangKabau dalam segala hal, yang diadatkan semenjak dahulu sampai sekarang. Uraian secara agak mendasar kita kemukakan dalam halaman selanjutnya pada kaidah-kaidah dalam pepatah-petitih, mamang, bidal, pantun, dan gurindam Adan nantinya. Pepatah-petitih, mamang bidal, pantun dan gurindam Adat yang disusun dari ketentuan-ketentuan alam dengan dengan segala fenomenanya itu berguna untuk mengungkapkan segala segala sesuatu dalam pergaulan seperti : Menyuruh, melarang, membolehkan, ke-baikan, keburukan, akibat yang baik, akibat yang buruk, kebenaran, keadilan, kemakmuran, kerusuhan, kebersamaan, keterbukaan, persatuan dan kesatuan, bahaya yang menimpa, kesenangan, kekayaan, kemiskinan, kepemimpinan, kepedulian, rasa sosial, keluarga, masyarakat, moral dan akhlak, dan sebagainya.

3.    Adat Teradat
a.    Adat teradat adalah peraturan-peraturan yang dibuat oleh penghulu-penghulu Adat dalam suatu nagari, peraturan guna untuk melaksanakan pokok-pokok hukum yang telah dituangkan oleh nenek moyang (Dt. Perpatiah Nan Sabatang dan Dt. Ketumanggungan) dalam pepatah-petitih Adat. Bagaimana sebaiknya penetapan aturan-aturan pokok tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan tidak bertentangan dengan aturan-aturan pokok yang telah kita warisi secara turun-temurun dari nenek-moyang dahulunya. Sebagai contoh kita kemukakan beberapapepatah-petitih, mamang, Adat yang telah diadatkan oleh nenek moyang tersebut diatas seperti :
Abih sandiang dek Bagesoh, Abih miyang dek bagisiah.
Artinya nenek-moyang melalui pepatah ini melarang sekali-kali jangan bergaul bebas antara dua jenis yang berbeda sebelum nikah (setelah Islam) atau kawin (sebelum Islam)
Ø  Untuk terlaksananya ketentuan larangan ini oleh anggota masyarakat, maka pemimpin-pemimpin adat di suatu nagari bermusyawarah untuk mufakat dengan hasil mufakat bulat. Dilarang bagi kaum wanita remaja keluar malam setelah jam delapan, kecuali ditemani oleh orang tuanya. Peraturan ini hanya berlaku di nagari tersebut saja, belum tentu tidak berlaku pada nagari lainnya. (disebut juga Adat Salingka nagari).
lain
nagari lain adatnyo, lain padang lain belalangnyo,
lain lubuak lain ikannyo
.
Ø  Setiap perkawinan kaidah pokok dari nenek-moyang
ayam putiah tabang siang, basuluah matohari,
bagalanggang mato rang banyak, datang bajapuik pai baanta,
arak sapanjang labuah, iriang sapanjang jalan
.
Untuk pelaksanaan aturan pokok tentang perkawinan ini, maka
nagari-nagari penghulunya membuat peraturan pelaksanaan melalui musyawarah mufakat. Ada dengan ketentuan ada nagari yang membuat keputusan pelaksanaan jemput antar disiang hari, ada pula dimalam hari dengan mengutamakan seluruh masyarakat mengetahui bahwa sipolan dengan sipolin telah nikah. Ada pula keputusan penghulu disuatu nagari yang membuat peraturan seperti : Kedua marapulai diarak dengan pakaian yang diatur pula dengan musyawarah. Aturan Adat ini belum tentu sama dengan aturan nagari lainnya.
b.    Begitupun peresmian Sako(gelar pusaka) kaum atau penghulu, ada nagari yang memotong kerbau, ada banteng, ada kambing, ada dengan membayar uang adat kenagarian yang bersangkutan. Semuanya adalah aturan pelaksanaan dari peresmian satu gelar pusaka kaum (Sako) yang diambil keputusannya melalui musyawarah mufakat. dan lain sebagainya.
Lain lubuak lain ikannyo, lain padang lain balalangnyo.

4.    Adat Istiadat
a.    Adat Istiadat adalah peraturan-peraturan yang juga dibuat oleh penghulu-penghulu disuatu nagari melalui musyawarah mufakat sehubungan dengan sehubungan dengan kesukaan anak nagari seperti kesenian, olah raga, pencak silat randai, talempong, pakaian laki-laki, pakaian wanita, barang-barang bawaan kerumah mempelai, begitupun helat jamu meresmikan S a k o itu tadi. Begitu pula Marawa, ubur-ubur, tanggo, gabah-gabah, pelaminan dan sebagainya yang berbeda-beda disetiap nagari. Juga berlaku pepatah yang berbunyi :
Lain lubuak lain ikannyo, lain padang lain balalangnyo,
lain nagari lain adatnyo (Istiadatnya) .
b.    Kedua jenis adat nan teradat dan Adat Istiadat tersebut adalah peraturan pelaksanaan dari aturan-aturan pokok yang telah diciptakan oleh nenek-moyang, dimana dua macam jenis huruf c dan d Adat nan babuhua sentak artinya : aturan Adat yang dapat dirobah, dikurangi, ditambah dengan melalui musyawarah mufakat dan selama tidak bertentangan dengan pokok hukum yang telah dituangkan dalam pepatah-petitiah ciptaan nenek-moyang (kato Pusako) Adat.
Namun keempat jenis Adat tersebut merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, secara utuh disebut Adat Istiadat Minangkabau

KELARASAN DI MATUA

Di Matua (Matua Hilia,  Matua Mudiak, Parit Panjang) yang hanya memiliki tiga suku yaitu Caniago, Tanjung, dan Sikumbang dengan jumlah ninik mamak yang disebut tangah 90 dikato.
Sistem adat Matua kelarasan Bodi Caniago yang disusun Datuak Parpatih Nan Sabatang dengan sistem Demokrasi. Kelarasan Bodi Caniago sebagai berikut :
-       Ninik mamak duduak samo tinggi tagak samo randah
-       Pengangkatan ninik mamak melalui pemilihan putra terbaik dalam pasukuan
-       Dapat juga memakai istilah legaran dalam memilih ninik mamak
-       Balai - balai adatnya berlantai datar

Penghulu ( Datuak)
Dalam masyarakat adat minangkabau penghulu merupakan sebutan kepada ninik mamak pemangku adat yang bergelar Datuak. Mengangkat kebesaran adat tidak dikatakan mengangkat datuk, melainkan mengangkat penghulu.
Seorang Datuak dia adalah pangulu dalam suku atau kaumnya dan sekaligus menjadi ninik mamak dalam nagarinya, dengan pengertian yang lebih rinci lagi : Datuak gelarnya, Pangulu Jabatannya dan Ninik mamak lembaganya dalam nagari
Sebagai pimpinan penghulu bertanggungjawab dan berkewajiban memelihara anggota kaum, suku dan nagarinya. Penghulu bertanggung jawab terhadap permasalahan yang terdapat dalam masyarakat dan hal ini dikatakan kewajiban penghulu “ kusuik manyalasai, karuah mampajaniah ”.
Datuak adalah pucuak pimpinan dalam kaumnya dalam satu unit pemerintahan yang dibantu tiga unsur perangkat. datuak merupakan tiang penyangga dalam kepemimpinan sasuku dan sekaligus sebagai anggota dewan dalam pemerintahan nagari yang disebut sebagai andiko. Dalam kesatuan tugas beliau dimbaukan sebagai nan gadang basa batuah  yaitu inyo gadang dalam kaumnyo, basa dalam sukunyo batuah dalam nagari.
Ninik mamak adalah himpunan pangulu pangulu dalam satu nagari.
Tiga karakter yang harus dimilki oleh pangulu yang di lambangkan dengan marawa yaitu :
a.    Kuniang melambangkan kekuasaan
b.    Merah melambangkan keberanian
c.    Hitam melambangkan kesabaran dan ketabahan
Menurut adat yang kita pakai di Matua yaitu kelarasan bodi caniago yaitu adat Dt Parpatiah nan sabatang, seluruh penghulu sama dan sederajat kedudukannya, semua dinamakan penghulu andiko. Andiko berasal dari kata sansekerta yaitu “andika” yang berarti memerintah. Penghulu seandiko artinya setiap penghulu mempunyai wewenang dan memerintah di dalam sukunya, sampai ke dalam nagari masing-masing.
Penghulu dan ninik mamak di Minang Kabau mempunyai peranan yang sangat penting dan menentukan dalam kekuatan kekerabatan adat Minang itu sendiri, tanpa penghulu dan ninik mamak suatu nagari di Minang Kabau diibaratkan seperti kampung atau negeri yang tidak bertuan karena tidak akan jalan tatanan adat yang dibuat, “Elok nagari dek Pangulu sumarak nagari dek nan mudo”

Pengertian Pangulu (Penghulu)
Pangulu berasal dari kata Pangka dan Hulu (pangkal dan hulu) Pangkal artinya tampuk atau tangkai yang akan jadi pegangan, sedangkan hulu artinya asal atau tempat awal keluar atau terbitnya sesuatu, maka pangulu di Minang Kabau artinya yang memegang tampuk tangkai yang akan menjadi pengendali pengarah pengawas pelindung terhadap anak kemenakan  serta tempat keluarnya sebuah aturan dan keputusan yang  dibutuhkan oleh masyarakat anak kemenakan yang dipimpin pangulu, Tampuak tangkai didalam suku nan mahitam mamutiahkan tibo dibiang kamancabiak tibo digantaiang kamamutuih”
Penghulu itu digadangkan makonyo gadang, sebagaimana dikatakan :
Tumbuahnyo di tanam, Tingginya dianjuang, Gadangnyo diambak
Maksudnya jabatan penghulu itu diperolah oleh seseorang karena diangkat oleh anggota kaumnya sendiri. Tingginya dianjung, besarnya dipelihara dengan pengertian sebelum dia diangkat dan memegang jabatan penghulu dia sudah besar dan tinggi juga di dalam kaumnya. Karena kelebihannya ini pilihan jatuh kepada dia atau dikatakan juga “tinggi menyentak rueh”.
Kekuasaan Ninik mamak dalam adat Minang kabau hanyalah tinggi sarantiang jumbo-jomboan sarangguik runtuah badaram, didahulukan cuman salangkah bajarak tungkai-tungkaian sahambua lompeklah tibo sadatiak wakatu nampak satitiak salah basuo baitu ukua jo jangko di dalam alam Minang Kabau”. 
Seorang penghulu diibaratkan “ aie janiah, sayak nan landai, bak kayu di tangah padang, ureknyo tampek baselo, batangnya tampak basanda, dahannya tampek bagantuang, buahnya ka dimakan, daunnyo tampek balinduang ”,

Ampek Jinih Di Matua
di Matua dengan kelarasan bodi caniago yaitu adat Dt Parpatiah nan sabatang Dalam memimpin sukunya, penghulu (Datuak) dibantu oleh tiga orang pembantu yaitu :
a.    Datuak
Adalah Pangulu pucuak pimpinan dalam kaum pasukuanya dan dalam panggilanya disebut datuak
b.    Panungkek
Adalah wakil dari Datuak, biasanya panungkek menaangani urusan  administrasi, ( di Matua panggilan panungkek adalah pangulu)
c.    Imam urusannya menyangkut bidang keagamaan
d.    Katib bertugas urusan penyalasai masalah dalam kaum

Beberapa jenis pengangkatan pengulu, adalah sebagai berikut :
1.    Mati Batungkek Budi, maksudnya bila seseorang penghulu meninggal dunia, maka pada hari itu juga dicarikan gantinya. Setelah pemakaman dilewakan di makam tersebut siapa yang akan menggantikan penghulu yang meninggal tersebut. Cara seperti ini juga diaktakan melewakan di tanah tasirah. Syaratnya sekata kaum, dan disetujui oleh penghulu-penghulu suku dan nagari.
2.    Hiduk Bakarilahan, bahwa gelar pusaka itu dapat digantikan atau diserahkan kepada kemenakan selagi penghulu tersebut masih hidup. Hal ini bisa terjadi bila penghulu itu sudah tua sehingga tidak dapat lagi menjalankan tugasnya. Dalam adat dikatakan “kok lurahlah dalam, bukiklah tinggi, jalan tak tatampuah, alek tak taturuik”dalam pelaksananaanya harus menurut prosedur yang berlaku dan adat setempat, jadi bukan selesai pada kaum saja. Pengangkatan penghulu hidup berkelirahan hanya terdapat dalam sistem adat bodi chaniago,
3.    Batu Gadang Aia Basibak  hal ini dapat terjadi bila terjadi perselisihan umpama terhadap warih nan ka manjawek pusako nan kabatolong dalam kaum yang tidak dapat diselesaikan maka dapat dibentuk pangulu baru dengan membagi dua kaumnya.
4.    Mangguntiang Siba Baju hal ini dapat terjadi bila jumlah anggota keluarga dalam sebuah kaum sudah sedemikian besarnya. Untuk kelancaran urusan anak kemenakan, maka diangkat seorang penghulu yang gelarnya hampir serupa dengan gelar yang asli, jika gelar pusakanya datuk bandaro, maka gelar yang baru datuk bandaro kayo. Kedudukan kedua datuk ini “duduk sama rendah, tegak samo tinggi”.
5.    Mambangkik Batang Tarandam jika didalam suatu suku  belum ada yang dapat menggantikan pangulu yang lama .Jika nanti sudah ada sepakat kaum dan yang akan memikul gelar sudah ada maka diangkatlah kembali pangulu tersebut.
6.    Mangambang Nan Talipek mungkin karena tertundanya pengangkatan pengulu, maka ditangguhkan sementara menjelang hari baik katiko pun elok dan dilantiklah pangulu baru
7.    Siriah Hanyuik Jo Gagangnyo. bila anak kemenakan yang asalnya inggok mancakam, tabang manumpu telah berkembang dan sudah mungkin mengatur kaumnya sendiri, maka kaumnya dapat diberi gelar pusaka suku oleh kaum yang menjadi tepatannya. Pengangkatan dan pemberian gelar ini bila gelar pusaka di tempat asalnya tidak diketahui lagi, dan sepakat kaum yang ditepati, suku dan nagari. Namun prosedur sepanjang adat tetap berlaku.
8.    Manyiliah Ditangah Jalan yaitu penggangkatan pangulu baru yang disebabkan pangulu yang lama diberhentikan karena melanggar ketentuan adat maupun undang undang. Karena Malu pangulu malu kaum

Pantangan (larangan) Penghulu,
Penghulu atau Datuak sebagai pemangku adat nan didahulukan salangkah, nan ditinggikan sarantiang mempunyai pantangan-pantangan yang tidak boleh dilakukannya sebagai pengulu. Pantangan ini gunanya untuk menjaga martabat dan wibawa penghulu itu di tengah-tengah anak kemenakan.Pantangan-pantangan penghulu tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Mahariak Mahantam Tanah, Pengulu atau Datuak  harus bersifat sabar, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak kemenakan banyak tingkahnya yang tidak sesuai dengan ajaran adat dan moral. Dalam menghadapi hal-hal yang tidak baik ini, seorang Pengulu atau Datuak harus bijaksana dan pandai membawakan diri, seperti dikatakan juga harimau dalam paruik, kabiang juo nan dikaluakan. Seorang penghulu harus menjauhi sifat-sifat yang suka menyingsingkan lengan baju untuk menentang seseorang berkelahi.
2.    Balari lari , walaupun bagaimana terburu-burunya seorang Pengulu atau Datuak karena sesuatu hal, baginya terlarang untuk berlari-lari, apalagi berlari kencang. Berlari-lari membuat dirinya seperti kanak-kanak. Balari lari juga diartikan dengan mengerjakan sesuatu dengan terburu buru.
3.    Manjujuang jujuang,. Kalau ini terjadi akan hilang wibawa Pengulu atau Datuak, hal ini juga diartikan bahwa Pengulu atau Datuak tidak boleh terlalu memuji muji atau terlalu menyanjung nyanjung kemenakan mungkin karena mengharap karena jabatan atau kekayaan kemenakan itu sendiri.
4.    Mamanjek manjek, pantangan bagi seorang Pengulu atau Datuak ini dapat diartikan dengan seorang Pengulu atau Datuak berpihak dan dapat dikendalikan oleh kemenakan yang berada, juga disebut mamijak batuang sabalah .
Kesemua pantangan pangulu tersebut bukanlah yang sebenarnya tetapi dibaco nan tasirek makna kato nan tabayang.

Sumbang Salah Pangulu
1.    Tapanjek Dadok Baduri Pengulu atau Datuak yang melanggar hukum baik secara adat maupun syarak serta Undang Undang Negara
2.    Tatampuah Rimbo Larangan, Pengulu atau Datuak yang melakukan perbuatan yang jelas dilarang, seperti meminum minuman keras , berjudi, dan Narkoba
3.    Takuruang Di Biliak Dalam, Pengulu atau Datuak yang melakukan kejahatan sex dan susila yaitu. sawah indak bapamatang ladang nan indak bapintalak , mamanciang di tabek urang
4.     Tapasuntiang di Bungo Karang, Pekerjakan Pengulu atau Datuak yang tercela oleh masyarakat , seperti kawin sasuku, manyiliah lapiak hiduik hiduik atau merebut istri orang, atau sebagai  dibayar sebagai paapuih talak.
Kumuah baju nan bapakai, baju nan miliak punyo kamanakan , angku manompang mamakainyo. Nan pintak jo pinto, ukua jo jangko jan talampau cupak jo gantang jan malanjuang.dima bana latak batehnyo angku nan paham tantang itu