Senin, 03 Juli 2017

SIMBOL ADAT DAN KANDUNGAN ARTI DIDALAMNYA


1.    Nasi Gadang Bako
Nasi gadang adalah pemberian bako, jika anak pisangnya yang laki laki akan melaksanakan pesta alek perkawinan. Nasi gadang terdiri dari empat buah talam lengkap dengan penutupnya , yang nantinya akan diarak kerumah menantu yang anaknya akan diparalekan. Biasanya nasi gadang tersebut diarak dari rumah bako bersama dengan marapulai , yang sebelumnya berpakaian adat dari rumah bako tersebut. Nasi ganag tersebut diserahkan oleh Mamak Pihak Bako kepada Mamak Anak Pisang di halaman sebelum naik atas rumah kerumah . Isi dari nasi gadang tersebut adalah :
-       Nasi  kunyiek yang terletak ditas talam ,dan dialas dibawahnya dengan sia daun yang dianyam ,ujung pandan berduri ,dan salguri dan talam itu ditutup kemudian dibungkus dengan kain sarung lalu ditutup pula dengan kain beludu hitam yang bacatua dengan benang emas
-       Singgang ayam juga terletak diatas talam bungkusnya sama dengan nasi kunyiek.
-       Nasi putih sebuah talam pula.
-       Sirih pinang yang dialas dengan beras empat liter, ditambah dengan dua buah kampe.,kampie pertama berisi beras dua liter dan kampia kedua juga berisi beras dua liter dan sebuah botol kecil yang berisi minyak goreng.
2.    Ameh
Ameh adalah sebuah simbol adat pada prosesi perkawinan pada anak perempuan, Ameh bukanlah Emas (perhiasan) tetapi merupakan simbol adat yang memiliki arti yang terkandung didalamnya.
Maksud dari Ameh pada simbol yang merupakan kiasan dari barang berharga yaitu bahwa anak yang diparalekan tersebut adalah gadis (perawan), sedangkan kalau yang diparalekan sudah janda keluarga tidak menyediakan ameh tersebut.
Yang dimaksudkan dengan ameh yaitu :
-       Beras  
-       Pucuk daun pisang yang masih tergulung
-       Duri Pandan
-       Rumput saliguri dan rumput saruik
-       Uang kertas dan uang receh masing masing satu (nominal tidak ditentukan)  
Kesemuanya itu diletakan didalam wadah (baiasanya tempat cuci tangan) kemudian dibungkus dengan saputangan silungkang, kemudian diikat dengan melilitkan tali yang tidak terrlihat ujung dan pangkalnya. Masaklah padi nak rang suak, masaknyo babilang tangkai manyabik sambia manggaro, kabek sabalik babua sentak rumiklah urang nak maungkai, tibo nan punyo rarak sajo. Biasanya yang melaksanakan membuat ameh tersebut dilaksanakan oleh mamak pihak perempuan yang dilaksanakan pada malam hari sebelum acara alek dilasanakan yang disebut mangabek ameh.
Pada hari Baralek pihak keluarga laki laki (marapulai) akan datang manjapuik ameh tersebut yang nantinya dibawa kerumah marapulai dan dibuka disana.

3.    Kapalo Jamba
Didalam pesta perwaninan ( alek) biasanya dalam tersusunan hidangan pada seprah makan. Pada susunan tersebut terdapat samba yang berukuran besar seperti : ikan goreng yang utuh satu ekor dalam piring, Daging Rendang yang berukuran besar. Samba berukuran besar disebut dengan Kapalo Jamba . Biasanya Kapalo jamba tersebut baru bisa dimakan pada hari ketiga sesudah pesta alek, dan biasanya disebut maruntuahkan onggok. Dalam adat Kapalo jamba bisa juga diartikan dengan :
a.    Sebagai lauk cadangan untuk beberapa hari kedepan, yaitu sebagai lauk pada saat acara bak bamulo bak nan sudah yaitu hari penutupan atau pembubaran panitia
b.    Bisa diartikan bahwa setelah kapalo jamba habis, maka kepala keluarga yang baru akan memberikan nafkah belanja pada istrinya.
c.    Merupakan kiasan bahwasanya kepada kedua mempelai, bahwa pada hari itu sampai tiga hari kedepan, yang indah itu jangan dimakan dulu meskipun memang “halal” untuk dimakan.

4.    Maanta Bali
Maanta Bali adalah satu prosesi adat istiadat yang selau dilaksanakan oleh masyarakat Matua setelah dilaksanakan alek perkawinan. Prosesi maanta bali hanya dilakukan apabila yang melaksanakan alek perekawinan pertama atau bujang jo gadih .
Pengantin wanita pada hari ketiga dilasanakan alek perkawinan akan pergi berbelanja ke pasar dan membeli bahan makanan. Bahan makanan tersebut akan diantarnya kerumah mertua (orang tua laki laki)
Ada beberapa kiasan yang terkandung didalam prosesi manta Bali tersebut antara lain :
a.    Waktu pelasanaan yaitu tiga hari setelah dilaksanakan alek perkawinan. Ini merupakan simbol bahwa setelah tiga hari dilaksanakan alek perkawinan kedua mempelai telah memberi nan menerima nafkah lahir maupun bathin.
Apabila pelaksanaan manta bali sebelum tiga hari setelah dilaksanakan alek perkawinan, maka akan ada tanda tanya nan berfikiran negatif bagi masyarakat
b.    Bahan makanan yang dibeli di pasar tersebut serba dua. Ini merupakan simbol dari hubungan keluarga tetap terjalin yang mana secara materi selain dari keluarga orang tua tetap diberikan bantuan.
Biasanya bahan makanan yang dibeli dipasar tersebut adalah :
-       Beras
-       Kelapa dua ikat
-       Pisang gadang ( pisang ambon) satu sisir
-       Maco suaso (ikan kering) dua bungkus
-       Jagung enam  tongkol dibagi dua
-       Beras ketan (sipuluik) 2 liter
-       Sirih pinang lengkap
Semua bahan makanan tersebut dimasukan kedalam sebuah kibang dan kemudian kibang ditutup dengan kain penutup, kemudian di jujung oleh keluarga perempuan sebagai pendamping maanta Bali kerumah mertua (orang tua laki laki).
Sesampai dirumah mertua (orang tua laki laki) semua bahan makanan tersebut diserahkan. Oleh keluarga mertua (orang tua laki laki) semua bahan makanan tersebut nantinya dibagi dua, satu bagian ditinggal dan satu bahagian lagi dibawa kembali oleh kelurga perempuan.
Pada saat prosesi maanta bali tersebut, keluarga perempuan mamanggia keluarga mertua (orang tua laki laki) untuk datang kerumah untuk pelaksanaan mando’a selamat.
Setelah prosesi ini selesai, Kemudian keluarga perempuan yang mendampingi kedua mempelai  mengantarkan maanta bali mohon pamit untuk pulang kerumah, tetapi kedua mempelai tinggal dulu dan nanti menyusul dibelakang.   

5.    Mayiriah Kan Rokok Ka Mak Rumah
Setelah hari ketiga dilaksanakan pesta alek perkawinan, lazimnya seorang mamak rumah akan berkunjung kerumah kemenakan yang baru melangsungkan alek pernikahan. Kedatangan mamak kali ini yaitu pagi hari setelah melaksanakan sholat subuh di masjid. Pagi itu mamak rumah melaksanakan minum pagi dan sarapan dirumah kemenakan bersama dengan urang sumando yang baru. Merupakan kewajiban seorang istri untuk menyiapkan minum dan sarapan untuk suaminya, sedangkan pagi ini selain dari sang suami juga ada mamak rumah  yang disiapkan teh atau kopi beserta  makanan ringan sebagai sarapan pagi.
Pagi itu mamak rumah tentu berbincang bincang dengan rang sumando baru, pada saat perbincangan itulah urang sumando yang baru manyiriahkan rokok kepada mamak rumah yang mana yang diriahkan tersebut rokok penuh atau sudah kosong. Disinilah terbaca oleh mamak rumah  dibaco nan tasirek makna tabayang kato sampai. Disini tersirat bahwa kemenakannya gadis atau tidak yang telah dinikahi oleh urang sumando tersebut.

6.    Mangaruak Karak
Pagi hari kedua setelah setelah dilaksanakan alek perkawinan, setelah melaksanakn sholat Subuh, uangan sumando baru pergi kembali kerumah orang tuanya. Prosesi ini disebut dengan  Mangaruak karak.Dirumah orang tua atau kemanakanyalah urang sumando baru tadi minum dan sarapan pagi. Dan setelah menjelang siang, baru urang sumando baru tadi kembali lagi kerumah istrinya. Adat Istiadat ini dilaksanakan oleh masyarakat Matua merupakan simbol dari bahwa meskipun telah berumah tangga tetapi orang tua tetap diperhatikan dan sebagai seorang mamak tetap bertanggung jawab terhadap kemenakanya.  Urang gaek dicaliak kamanakan disilau .

7.    Manyalang
Manyalang berasal dari kata manjalang atau mengunjungi, manjalang biasa dilakukan setelah usainya alek perkawinan, yang biasanya dilaksanakan setelah 4 atau 5 ahari setelah alek perkawinan.
Kedua mempelai atau disebut urang baru pergi mengunjungi sanak famili tersekat, bako, dan Mamak  Adat. Biasanya kedua mempelai pergi manyalang dengan membawa seorang anak gadis kecil sebagai pendamping. Makna yang terkandung didalam prosesi manyalang tersebut adalah :
a.    Bersilahturahmi berkunjung kepada sanak famili dan bako,  yang mana intinya adalah memperkenalkan kepada pasanganya bahwa ini adalah keluarga yang nantinya akan selalu dikunjungi, dan mengucapkan terima kasih atas kerjasama dalam pelaksanaan alek yang telah usai dilaksanakan.
b.    Bersilahturahmi berkunjung kepada mamak adat , Dalam hal ini kedua pasangan memperkenalkan kepada pasanganya bahwa ini adalah mamak kami yang nantinya kapai tampaik batanyo kapulang tampai babarito. Apabila suatu saat ada selisih paham maka kepada mamak yang diperkenalkanya inilah tempat melapor dan mengadu. Selain dari itu pada saat manyalang , mamak akan memberikan nasehat kepada kemenakan dan menantunya yang akan menempuh bahtera rumah tangga agar aman tentram sampai kemudian hari.
Tempat yang dikunjungi masing masing akan memberikan beras satu liter kepada kedua pasangan baru tersebut. Ini dimaksudkan bahwa menjelang memulai perkerjaan umpama sawah mulai kadipangkua , kok ladang kaditabeh. Keduanya telah memiliki bekal untuk keseharianya

0 komentar:

Posting Komentar