1. Nasi Gadang
Bako
Nasi gadang
adalah pemberian bako, jika anak pisangnya yang laki laki akan melaksanakan
pesta alek perkawinan. Nasi gadang terdiri dari empat buah talam lengkap dengan
penutupnya , yang nantinya akan diarak kerumah menantu yang anaknya akan
diparalekan. Biasanya nasi gadang tersebut diarak dari rumah bako bersama
dengan marapulai , yang sebelumnya berpakaian adat dari rumah bako tersebut.
Nasi ganag tersebut diserahkan
oleh Mamak Pihak Bako kepada Mamak
Anak Pisang di halaman sebelum naik atas rumah kerumah . Isi dari nasi gadang tersebut adalah :
-
Nasi
kunyiek yang terletak ditas talam ,dan dialas dibawahnya dengan sia daun
yang dianyam ,ujung pandan berduri ,dan salguri dan talam itu ditutup kemudian
dibungkus dengan kain sarung lalu ditutup pula dengan kain beludu hitam yang
bacatua dengan benang emas
-
Singgang ayam juga terletak diatas talam
bungkusnya sama dengan nasi kunyiek.
-
Nasi putih sebuah talam pula.
-
Sirih pinang yang dialas dengan beras empat
liter, ditambah dengan dua buah kampe.,kampie pertama berisi beras dua liter
dan kampia kedua juga berisi beras dua liter dan sebuah
botol kecil yang berisi minyak goreng.
2. Ameh
Ameh adalah sebuah simbol adat pada prosesi perkawinan
pada anak perempuan, Ameh bukanlah Emas
(perhiasan) tetapi merupakan simbol adat yang memiliki arti yang terkandung
didalamnya.
Maksud dari Ameh pada simbol yang merupakan kiasan
dari barang berharga yaitu bahwa anak yang diparalekan tersebut adalah gadis
(perawan), sedangkan kalau yang diparalekan sudah janda keluarga tidak
menyediakan ameh tersebut.
Yang dimaksudkan dengan ameh
yaitu :
- Beras
- Pucuk daun pisang yang masih tergulung
- Duri Pandan
- Rumput saliguri dan rumput saruik
- Uang kertas dan uang receh masing masing satu
(nominal tidak ditentukan)
Kesemuanya itu diletakan didalam wadah
(baiasanya tempat cuci tangan) kemudian dibungkus dengan saputangan silungkang,
kemudian diikat dengan melilitkan tali yang tidak terrlihat ujung dan
pangkalnya. Masaklah padi nak rang suak,
masaknyo babilang tangkai manyabik sambia manggaro, kabek sabalik babua sentak
rumiklah urang nak maungkai, tibo nan punyo rarak sajo. Biasanya yang melaksanakan membuat ameh tersebut
dilaksanakan oleh mamak pihak perempuan yang dilaksanakan pada malam hari
sebelum acara alek dilasanakan yang disebut mangabek
ameh.
Pada hari Baralek pihak keluarga laki laki (marapulai)
akan datang manjapuik ameh tersebut
yang nantinya dibawa kerumah marapulai dan dibuka disana.
3. Kapalo Jamba
Didalam pesta perwaninan ( alek) biasanya dalam tersusunan
hidangan pada seprah makan. Pada susunan tersebut terdapat samba yang berukuran
besar seperti : ikan goreng yang utuh satu ekor dalam piring, Daging Rendang
yang berukuran besar. Samba berukuran besar disebut dengan Kapalo Jamba . Biasanya Kapalo jamba tersebut baru bisa dimakan
pada hari ketiga sesudah pesta alek, dan biasanya disebut maruntuahkan onggok. Dalam
adat Kapalo jamba bisa juga diartikan dengan :
a. Sebagai lauk cadangan untuk beberapa hari kedepan,
yaitu sebagai lauk pada saat acara bak
bamulo bak nan sudah yaitu hari penutupan atau pembubaran panitia
b. Bisa diartikan bahwa setelah kapalo jamba habis,
maka kepala keluarga yang baru akan memberikan nafkah belanja pada istrinya.
c. Merupakan kiasan bahwasanya kepada kedua mempelai,
bahwa pada hari itu sampai tiga hari kedepan, yang indah itu jangan dimakan
dulu meskipun memang “halal” untuk
dimakan.
4. Maanta Bali
Maanta Bali adalah satu prosesi adat istiadat yang selau dilaksanakan oleh masyarakat Matua setelah dilaksanakan alek perkawinan. Prosesi maanta bali hanya dilakukan
apabila yang melaksanakan alek perekawinan pertama atau bujang jo gadih .
Pengantin wanita pada hari ketiga
dilasanakan alek perkawinan akan pergi berbelanja ke pasar dan membeli bahan
makanan. Bahan makanan tersebut akan diantarnya kerumah mertua (orang tua laki
laki)
Ada beberapa kiasan yang
terkandung didalam prosesi manta Bali tersebut antara lain :
a. Waktu pelasanaan yaitu tiga hari setelah
dilaksanakan alek perkawinan. Ini merupakan simbol bahwa setelah tiga hari
dilaksanakan alek perkawinan kedua mempelai telah memberi nan menerima nafkah
lahir maupun bathin.
Apabila pelaksanaan manta bali
sebelum tiga hari setelah dilaksanakan alek perkawinan, maka akan ada tanda
tanya nan berfikiran negatif bagi masyarakat
b. Bahan makanan yang dibeli di pasar tersebut serba
dua. Ini merupakan simbol dari hubungan keluarga tetap terjalin yang mana
secara materi selain dari keluarga orang tua tetap diberikan bantuan.
Biasanya bahan makanan yang dibeli dipasar tersebut adalah :
- Beras
- Kelapa dua ikat
- Pisang gadang ( pisang ambon) satu sisir
- Maco suaso (ikan kering) dua bungkus
- Jagung enam tongkol dibagi dua
- Beras ketan (sipuluik) 2 liter
- Sirih pinang lengkap
Semua bahan makanan tersebut dimasukan kedalam sebuah kibang dan kemudian
kibang ditutup dengan kain penutup, kemudian di jujung oleh keluarga perempuan sebagai
pendamping maanta Bali kerumah mertua (orang tua laki laki).
Sesampai dirumah mertua (orang
tua laki laki) semua bahan makanan tersebut diserahkan. Oleh keluarga mertua
(orang tua laki laki) semua bahan makanan tersebut nantinya dibagi dua, satu
bagian ditinggal dan satu bahagian lagi dibawa kembali oleh kelurga perempuan.
Pada saat prosesi maanta bali
tersebut, keluarga perempuan mamanggia keluarga mertua (orang tua laki laki)
untuk datang kerumah untuk pelaksanaan mando’a selamat.
Setelah prosesi ini selesai,
Kemudian keluarga perempuan yang mendampingi kedua mempelai mengantarkan maanta bali mohon pamit untuk
pulang kerumah, tetapi kedua mempelai tinggal dulu dan nanti menyusul
dibelakang.
5. Mayiriah Kan
Rokok Ka Mak Rumah
Setelah hari ketiga dilaksanakan pesta alek perkawinan, lazimnya seorang mamak
rumah akan berkunjung kerumah kemenakan yang baru melangsungkan alek
pernikahan. Kedatangan mamak kali ini yaitu pagi hari setelah melaksanakan
sholat subuh di masjid. Pagi itu mamak rumah melaksanakan minum pagi dan
sarapan dirumah kemenakan bersama dengan urang sumando yang baru. Merupakan
kewajiban seorang istri untuk menyiapkan minum dan sarapan untuk suaminya,
sedangkan pagi ini selain dari sang suami juga ada mamak rumah yang disiapkan teh atau kopi beserta makanan ringan sebagai sarapan pagi.
Pagi itu mamak rumah tentu
berbincang bincang dengan rang sumando baru,
pada saat perbincangan itulah urang sumando yang baru manyiriahkan rokok
kepada mamak rumah yang mana yang diriahkan tersebut rokok penuh atau sudah
kosong. Disinilah terbaca oleh mamak rumah dibaco nan tasirek makna tabayang kato sampai.
Disini tersirat bahwa kemenakannya gadis atau tidak yang telah dinikahi oleh urang
sumando tersebut.
6. Mangaruak
Karak
Pagi hari kedua setelah setelah dilaksanakan alek perkawinan, setelah melaksanakn
sholat Subuh, uangan sumando baru pergi kembali kerumah orang tuanya. Prosesi
ini disebut dengan Mangaruak
karak.Dirumah orang tua atau kemanakanyalah urang sumando baru tadi minum dan
sarapan pagi. Dan setelah menjelang siang, baru urang sumando baru tadi kembali
lagi kerumah istrinya. Adat Istiadat ini dilaksanakan oleh masyarakat Matua merupakan simbol dari bahwa meskipun telah berumah tangga tetapi orang tua
tetap diperhatikan dan sebagai seorang mamak tetap bertanggung jawab terhadap
kemenakanya. Urang gaek dicaliak kamanakan disilau .
7. Manyalang
Manyalang berasal dari kata manjalang atau mengunjungi, manjalang
biasa dilakukan setelah usainya alek perkawinan, yang biasanya dilaksanakan
setelah 4 atau 5 ahari setelah alek perkawinan.
Kedua mempelai atau disebut urang baru pergi mengunjungi sanak
famili tersekat, bako, dan Mamak Adat. Biasanya
kedua mempelai pergi manyalang dengan membawa seorang anak gadis kecil sebagai
pendamping. Makna yang terkandung didalam prosesi manyalang tersebut adalah :
a. Bersilahturahmi berkunjung kepada sanak famili dan
bako, yang mana intinya adalah
memperkenalkan kepada pasanganya bahwa ini adalah keluarga yang nantinya akan
selalu dikunjungi, dan mengucapkan terima kasih atas kerjasama dalam
pelaksanaan alek yang telah usai dilaksanakan.
b. Bersilahturahmi berkunjung kepada mamak adat , Dalam
hal ini kedua pasangan memperkenalkan kepada pasanganya bahwa ini adalah mamak
kami yang nantinya kapai tampaik batanyo
kapulang tampai babarito. Apabila suatu saat ada selisih paham maka kepada
mamak yang diperkenalkanya inilah tempat melapor dan mengadu. Selain dari itu
pada saat manyalang , mamak akan memberikan nasehat kepada kemenakan dan
menantunya yang akan menempuh bahtera rumah tangga agar aman tentram sampai
kemudian hari.
Tempat yang dikunjungi masing masing akan memberikan beras satu liter
kepada kedua pasangan baru tersebut. Ini dimaksudkan bahwa menjelang memulai
perkerjaan umpama sawah mulai kadipangkua
, kok ladang kaditabeh. Keduanya telah memiliki bekal untuk keseharianya
0 komentar:
Posting Komentar