Senin, 03 Juli 2017

ADAT DALAM KEMATIAN

Setiap yang bernyawa pasti mati. Semua adalah ketentuan dari Allah yang telah menciptakan alam beserta isinya.Dalam menyelenggarakan jenazah hukumnya adalah fardhu kifayah.
Didalam adat yang ada di Matua dalam penyelenggaraan jenazah, ada beberapa ketentuan adat istiadat  yang akan dilaksanakan baik dari pihak kemenakan maupun ninik mamak. Adat istiadat yang dilakukan adalah :
1.    Kaba Buruak Baambauan.
Apabila salah seorang kaum atau rang sumando meninggal dunia maka kemenakan akan datang menemui mamak untuk memberitahukan. Mamak tidak mendengarkan berita dari orang lain karena apabila kemenakan atau keluarga yang meninggal dunia melaporkan langsung, maka mamak akan memberikan arahan apa saja yang akan dilakukan selanjutnya.
2.    Mambosoi Mamabo Jenazah
Apabila yang meninggal dunia adalah angota kaum yang laki laki (mamak) maka mamak akan menyampaikan kepada mamak keluarga si perempuan untuk membawa jenazahnya untuk dikuburkan di tanah kaumnya. Hal ini tidak dapat dipaksakan apabila keluarga atau mamak pihak perempuan tidak bersedia melepaskan mungkin dengan alasan yaiatu memiliki anak.
3.    Menentukan tempat perkuburan
Apabila yang meninggal dunia adalah adalah anggota kaum atau rang sumando yang kan dikuburkan di tanah keluarga, maka mamak harus mengetahui (basiasek) bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa, dan jika dikuburkan di tempat tersebut tidak akan menimbulkan masalah dikemudian hari “ indak ado rantiang nan badatiak, murai nan bakicau ” kecuali tanah pusako randah hanya persetujuan dari anak yang meninggal dunia, atau pihak keluarga memiliki pandam pakuburan khusus.
4.    Mancabiak kafan
Dalam menyiapkan kafan bagi jenazah, selain dari urang siak atau ulama setempat dalam hal ini mamak mamak harus ditunggu dan yang memulai untuk mancabiak kain. Diharapkan sampai selesai dalam menyiapkan kafan mamak harus ikut.
5.    Maimbaukan
Setelah jenazah selesai di sholatkan yaitu sebelum dibawa ke pekuburan, keharusan bagi mamak kaum untuk menyampaikan pidato kepada para takziah yang hadir. Dalam pidato tersebut mamak atas nama keluarga memintakan maaf terhadap jenazah dan jika ada hutang piutang jenazah kok pitih nan babilang, kain nan baeto, ameh nan batayia, bareh nan bagantang, maka pihak keluarga yang dihadiri atau diketahui oleh mamak akan menyelesaikan dengan sebaik baiknya.

MANJAPUIK KAMANAKAN ( MANYARA’I )

Apabila meninggal dunia istri saudara laki laki dalam kaum (menantu) dirumah istrinya maka suatu keharusan untuk melaksanakan manjapuik kamanakan  ( manyara’ i ), kok pinang baliak ka gagangnyo, siriah suruik katampuaknyo.
Hal ini dilaksanakan karena pihak kemanakan ( laki laki) diwaktu pernikahan dulu dijapuik secara adat, maka jika isterinya meninggal maka kemenakan kembali dijapuik oleh mamak secara adat pula. Apakah hal ini akan memutus silahturahmi jika yang meninggal atau kemenakan memiliki anak ?. Jawabanya tidak,  karena setelah dijapuik secara adat maka kewajiban seorang bapak tetap, apakah naknya nanti akan dibawa, apakah nantiknya akan tetap tinggal dirumah itu, semua dapat dilaksanakn kesepakatn keluarga antara Bapak, anak, dan keluarga lainya ( apalagi telah memiliki rumah sendri hasil dari usaha si Bapak). Tata cara pelaksanaan manyara’i tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Pelaksanaan dilakukan yaitu apabila kok hujan lah taduah, kok kabuik alah tarang yaitu paling cepat setelah 100 hari atau lebih setelah meninggal dunia (sehabis masa idah).
2.    Pelaksanakan dilakukan dirumah keluarga perempuan dan dihadiri oleh mamak kedua belah pihak.
3.    Dibacakan do’a selamat dirumah pelaksanaan manyara’i tersebut
Kemenakan yang dijemput harus dibawa oleh mamak (japuik tabao) sekurang kurangnya sampai halaman rumah.

0 komentar:

Posting Komentar