Sistem
adat Matua kelarasan Bodi Caniago yang disusun
Datuak Parpatih Nan Sabatang dengan sistem Demokrasi. Kelarasan Bodi Caniago sebagai
berikut :
-
Ninik mamak duduak samo tinggi tagak samo randah
-
Pengangkatan ninik mamak
melalui pemilihan putra terbaik dalam pasukuan
-
Dapat juga memakai istilah
legaran dalam memilih ninik mamak
-
Balai - balai adatnya berlantai datar
Penghulu ( Datuak)
Dalam
masyarakat adat minangkabau penghulu merupakan sebutan kepada ninik mamak
pemangku adat yang bergelar Datuak. Mengangkat
kebesaran adat tidak dikatakan mengangkat datuk, melainkan
mengangkat penghulu.
Seorang Datuak dia adalah pangulu dalam
suku atau kaumnya dan sekaligus menjadi ninik mamak dalam nagarinya, dengan pengertian yang
lebih rinci lagi : Datuak gelarnya, Pangulu Jabatannya dan Ninik mamak
lembaganya dalam nagari
Sebagai
pimpinan penghulu bertanggungjawab dan berkewajiban memelihara anggota kaum,
suku dan nagarinya.
Penghulu bertanggung jawab terhadap permasalahan yang terdapat dalam masyarakat
dan hal ini dikatakan kewajiban penghulu “ kusuik
manyalasai, karuah mampajaniah ”.
Datuak adalah pucuak pimpinan dalam
kaumnya dalam satu unit pemerintahan yang dibantu tiga unsur perangkat. datuak
merupakan tiang penyangga dalam kepemimpinan sasuku dan sekaligus sebagai anggota
dewan dalam pemerintahan nagari yang disebut
sebagai andiko. Dalam kesatuan tugas beliau dimbaukan sebagai nan gadang basa
batuah yaitu inyo gadang dalam kaumnyo,
basa dalam sukunyo batuah dalam nagari.
Tiga
karakter yang harus dimilki oleh pangulu yang di lambangkan dengan marawa yaitu
:
a. Kuniang melambangkan kekuasaan
b. Merah melambangkan keberanian
c. Hitam melambangkan kesabaran dan ketabahan
Menurut
adat yang kita pakai di Matua
yaitu kelarasan bodi caniago yaitu adat Dt Parpatiah nan sabatang, seluruh
penghulu sama dan sederajat kedudukannya, semua dinamakan penghulu andiko.
Andiko berasal dari kata sansekerta yaitu “andika” yang berarti memerintah.
Penghulu seandiko artinya setiap penghulu mempunyai wewenang dan memerintah di
dalam sukunya, sampai ke dalam nagari
masing-masing.
Penghulu dan ninik mamak di
Minang Kabau mempunyai peranan yang sangat penting dan menentukan dalam
kekuatan kekerabatan adat Minang itu sendiri, tanpa penghulu dan ninik mamak
suatu nagari di Minang Kabau
diibaratkan seperti kampung atau negeri yang tidak bertuan karena tidak akan
jalan tatanan adat yang dibuat, “Elok nagari
dek Pangulu sumarak nagari dek nan mudo”
Pengertian
Pangulu (Penghulu)
Pangulu berasal dari kata Pangka dan Hulu (pangkal dan hulu) Pangkal artinya tampuk atau tangkai yang
akan jadi pegangan, sedangkan hulu artinya asal atau tempat awal keluar atau
terbitnya sesuatu, maka pangulu di Minang Kabau artinya yang memegang tampuk
tangkai yang akan menjadi pengendali pengarah pengawas pelindung terhadap anak
kemenakan serta tempat keluarnya sebuah
aturan dan keputusan yang dibutuhkan
oleh masyarakat anak kemenakan yang dipimpin pangulu, “Tampuak tangkai didalam suku
nan mahitam mamutiahkan tibo dibiang kamancabiak tibo digantaiang kamamutuih”
Penghulu itu
digadangkan makonyo gadang, sebagaimana dikatakan :
Tumbuahnyo di tanam, Tingginya
dianjuang, Gadangnyo
diambak
Maksudnya
jabatan penghulu itu diperolah oleh seseorang karena diangkat oleh anggota
kaumnya sendiri. Tingginya dianjung, besarnya dipelihara dengan pengertian
sebelum dia diangkat dan memegang jabatan penghulu dia sudah besar dan tinggi
juga di dalam kaumnya. Karena kelebihannya ini pilihan jatuh kepada dia atau
dikatakan juga “tinggi menyentak rueh”.
Kekuasaan Ninik mamak dalam adat
Minang kabau hanyalah “tinggi sarantiang jumbo-jomboan sarangguik
runtuah badaram, didahulukan cuman salangkah bajarak tungkai-tungkaian sahambua
lompeklah tibo sadatiak wakatu nampak satitiak salah basuo baitu ukua jo jangko
di dalam alam Minang Kabau”.
Seorang
penghulu diibaratkan “ aie janiah, sayak
nan landai, bak kayu di tangah padang, ureknyo tampek baselo, batangnya tampak
basanda, dahannya tampek bagantuang, buahnya ka dimakan, daunnyo tampek
balinduang ”,
Ampek Jinih
Di Matua
di Matua
dengan kelarasan bodi caniago yaitu adat Dt Parpatiah nan sabatang Dalam
memimpin sukunya, penghulu (Datuak) dibantu oleh tiga orang pembantu yaitu :
a. Datuak
Adalah Pangulu pucuak pimpinan dalam kaum pasukuanya
dan dalam panggilanya disebut datuak
b. Panungkek
Adalah wakil dari Datuak, biasanya panungkek
menaangani urusan administrasi, ( di Matua panggilan panungkek adalah pangulu)
c. Imam urusannya menyangkut bidang
keagamaan
d. Katib bertugas urusan penyalasai masalah dalam kaum
Beberapa jenis
pengangkatan pengulu, adalah sebagai berikut :
1. Mati Batungkek Budi, maksudnya bila seseorang penghulu
meninggal dunia, maka pada hari itu juga dicarikan gantinya. Setelah pemakaman
dilewakan di makam tersebut siapa yang akan menggantikan penghulu yang
meninggal tersebut. Cara seperti ini juga diaktakan melewakan di tanah tasirah.
Syaratnya sekata kaum, dan disetujui oleh penghulu-penghulu suku dan nagari.
2. Hiduk Bakarilahan, bahwa gelar pusaka itu dapat
digantikan atau diserahkan kepada kemenakan selagi penghulu tersebut masih
hidup. Hal ini bisa terjadi bila penghulu itu sudah tua sehingga tidak dapat
lagi menjalankan tugasnya. Dalam adat dikatakan “kok lurahlah dalam, bukiklah tinggi, jalan tak tatampuah, alek tak taturuik”dalam pelaksananaanya harus
menurut prosedur yang berlaku dan adat setempat, jadi bukan selesai pada kaum
saja. Pengangkatan penghulu hidup berkelirahan hanya terdapat dalam sistem adat
bodi chaniago,
3. Batu Gadang Aia
Basibak hal ini dapat terjadi bila terjadi
perselisihan umpama terhadap warih nan ka
manjawek pusako nan kabatolong dalam kaum yang tidak dapat diselesaikan
maka dapat dibentuk pangulu baru dengan membagi dua kaumnya.
4. Mangguntiang Siba Baju hal ini dapat
terjadi bila jumlah anggota keluarga dalam sebuah kaum sudah sedemikian
besarnya. Untuk kelancaran urusan anak kemenakan, maka diangkat seorang
penghulu yang gelarnya hampir serupa dengan gelar yang asli, jika gelar
pusakanya datuk bandaro, maka gelar yang baru datuk bandaro kayo. Kedudukan
kedua datuk ini “duduk sama rendah, tegak samo tinggi”.
5. Mambangkik Batang
Tarandam jika didalam suatu suku belum ada yang dapat menggantikan pangulu yang
lama .Jika nanti sudah ada sepakat kaum dan yang akan memikul gelar sudah ada
maka diangkatlah kembali pangulu tersebut.
6. Mangambang Nan
Talipek mungkin karena tertundanya pengangkatan pengulu, maka ditangguhkan
sementara menjelang hari baik katiko pun elok dan dilantiklah pangulu baru
7. Siriah Hanyuik
Jo Gagangnyo. bila anak kemenakan yang asalnya inggok mancakam,
tabang manumpu telah berkembang dan sudah mungkin mengatur kaumnya sendiri,
maka kaumnya dapat diberi gelar pusaka suku oleh kaum yang menjadi tepatannya.
Pengangkatan dan pemberian gelar ini bila gelar pusaka di tempat asalnya tidak
diketahui lagi, dan sepakat kaum yang ditepati, suku dan nagari. Namun prosedur sepanjang adat
tetap berlaku.
8. Manyiliah Ditangah
Jalan yaitu penggangkatan pangulu baru yang disebabkan pangulu yang lama
diberhentikan karena melanggar ketentuan adat maupun undang undang. Karena Malu pangulu malu kaum
Pantangan (larangan) Penghulu,
Penghulu atau Datuak sebagai pemangku adat nan didahulukan salangkah, nan
ditinggikan sarantiang mempunyai pantangan-pantangan yang tidak boleh
dilakukannya sebagai pengulu. Pantangan ini gunanya untuk menjaga martabat dan
wibawa penghulu itu di tengah-tengah anak kemenakan.Pantangan-pantangan
penghulu tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mahariak Mahantam Tanah, Pengulu atau Datuak harus bersifat sabar, sebab
dalam kehidupan sehari-hari anak kemenakan banyak tingkahnya yang tidak sesuai
dengan ajaran adat dan moral. Dalam menghadapi hal-hal yang tidak baik ini,
seorang Pengulu atau Datuak harus bijaksana dan pandai membawakan diri, seperti dikatakan juga harimau dalam paruik, kabiang juo nan
dikaluakan. Seorang penghulu harus menjauhi sifat-sifat yang suka menyingsingkan
lengan baju untuk menentang seseorang berkelahi.
2. Balari lari , walaupun bagaimana
terburu-burunya seorang Pengulu atau Datuak karena sesuatu hal, baginya
terlarang untuk berlari-lari, apalagi berlari kencang. Berlari-lari membuat
dirinya seperti kanak-kanak. Balari lari juga diartikan dengan mengerjakan
sesuatu dengan terburu buru.
3. Manjujuang jujuang,. Kalau ini terjadi akan hilang
wibawa Pengulu atau Datuak, hal ini juga diartikan bahwa Pengulu atau Datuak tidak boleh terlalu memuji muji
atau terlalu menyanjung nyanjung kemenakan mungkin karena mengharap karena
jabatan atau kekayaan kemenakan itu sendiri.
4. Mamanjek manjek, pantangan bagi seorang Pengulu atau Datuak ini dapat
diartikan dengan seorang Pengulu atau Datuak berpihak dan dapat dikendalikan oleh
kemenakan yang berada, juga disebut mamijak
batuang sabalah .
Kesemua pantangan pangulu
tersebut bukanlah yang sebenarnya tetapi dibaco
nan tasirek makna kato nan tabayang.
Sumbang
Salah Pangulu
1. Tapanjek Dadok Baduri Pengulu atau Datuak yang
melanggar hukum baik secara adat maupun syarak serta Undang Undang Negara
2. Tatampuah Rimbo Larangan, Pengulu atau Datuak yang
melakukan perbuatan yang jelas dilarang, seperti meminum minuman keras ,
berjudi, dan Narkoba
3. Takuruang Di Biliak Dalam, Pengulu atau Datuak yang
melakukan kejahatan sex dan susila yaitu.
sawah indak bapamatang ladang nan indak bapintalak , mamanciang di tabek urang
4. Tapasuntiang di Bungo Karang, Pekerjakan
Pengulu atau Datuak yang
tercela oleh masyarakat , seperti kawin sasuku, manyiliah lapiak hiduik hiduik
atau merebut istri orang, atau sebagai
dibayar sebagai paapuih talak.
Kumuah
baju nan bapakai, baju nan miliak punyo kamanakan , angku manompang mamakainyo.
Nan pintak jo pinto, ukua jo jangko jan talampau cupak jo gantang jan malanjuang.dima
bana latak batehnyo angku nan paham tantang itu
0 komentar:
Posting Komentar