Senin, 03 Juli 2017

KELARASAN DI MATUA

Di Matua (Matua Hilia,  Matua Mudiak, Parit Panjang) yang hanya memiliki tiga suku yaitu Caniago, Tanjung, dan Sikumbang dengan jumlah ninik mamak yang disebut tangah 90 dikato.
Sistem adat Matua kelarasan Bodi Caniago yang disusun Datuak Parpatih Nan Sabatang dengan sistem Demokrasi. Kelarasan Bodi Caniago sebagai berikut :
-       Ninik mamak duduak samo tinggi tagak samo randah
-       Pengangkatan ninik mamak melalui pemilihan putra terbaik dalam pasukuan
-       Dapat juga memakai istilah legaran dalam memilih ninik mamak
-       Balai - balai adatnya berlantai datar

Penghulu ( Datuak)
Dalam masyarakat adat minangkabau penghulu merupakan sebutan kepada ninik mamak pemangku adat yang bergelar Datuak. Mengangkat kebesaran adat tidak dikatakan mengangkat datuk, melainkan mengangkat penghulu.
Seorang Datuak dia adalah pangulu dalam suku atau kaumnya dan sekaligus menjadi ninik mamak dalam nagarinya, dengan pengertian yang lebih rinci lagi : Datuak gelarnya, Pangulu Jabatannya dan Ninik mamak lembaganya dalam nagari
Sebagai pimpinan penghulu bertanggungjawab dan berkewajiban memelihara anggota kaum, suku dan nagarinya. Penghulu bertanggung jawab terhadap permasalahan yang terdapat dalam masyarakat dan hal ini dikatakan kewajiban penghulu “ kusuik manyalasai, karuah mampajaniah ”.
Datuak adalah pucuak pimpinan dalam kaumnya dalam satu unit pemerintahan yang dibantu tiga unsur perangkat. datuak merupakan tiang penyangga dalam kepemimpinan sasuku dan sekaligus sebagai anggota dewan dalam pemerintahan nagari yang disebut sebagai andiko. Dalam kesatuan tugas beliau dimbaukan sebagai nan gadang basa batuah  yaitu inyo gadang dalam kaumnyo, basa dalam sukunyo batuah dalam nagari.
Ninik mamak adalah himpunan pangulu pangulu dalam satu nagari.
Tiga karakter yang harus dimilki oleh pangulu yang di lambangkan dengan marawa yaitu :
a.    Kuniang melambangkan kekuasaan
b.    Merah melambangkan keberanian
c.    Hitam melambangkan kesabaran dan ketabahan
Menurut adat yang kita pakai di Matua yaitu kelarasan bodi caniago yaitu adat Dt Parpatiah nan sabatang, seluruh penghulu sama dan sederajat kedudukannya, semua dinamakan penghulu andiko. Andiko berasal dari kata sansekerta yaitu “andika” yang berarti memerintah. Penghulu seandiko artinya setiap penghulu mempunyai wewenang dan memerintah di dalam sukunya, sampai ke dalam nagari masing-masing.
Penghulu dan ninik mamak di Minang Kabau mempunyai peranan yang sangat penting dan menentukan dalam kekuatan kekerabatan adat Minang itu sendiri, tanpa penghulu dan ninik mamak suatu nagari di Minang Kabau diibaratkan seperti kampung atau negeri yang tidak bertuan karena tidak akan jalan tatanan adat yang dibuat, “Elok nagari dek Pangulu sumarak nagari dek nan mudo”

Pengertian Pangulu (Penghulu)
Pangulu berasal dari kata Pangka dan Hulu (pangkal dan hulu) Pangkal artinya tampuk atau tangkai yang akan jadi pegangan, sedangkan hulu artinya asal atau tempat awal keluar atau terbitnya sesuatu, maka pangulu di Minang Kabau artinya yang memegang tampuk tangkai yang akan menjadi pengendali pengarah pengawas pelindung terhadap anak kemenakan  serta tempat keluarnya sebuah aturan dan keputusan yang  dibutuhkan oleh masyarakat anak kemenakan yang dipimpin pangulu, Tampuak tangkai didalam suku nan mahitam mamutiahkan tibo dibiang kamancabiak tibo digantaiang kamamutuih”
Penghulu itu digadangkan makonyo gadang, sebagaimana dikatakan :
Tumbuahnyo di tanam, Tingginya dianjuang, Gadangnyo diambak
Maksudnya jabatan penghulu itu diperolah oleh seseorang karena diangkat oleh anggota kaumnya sendiri. Tingginya dianjung, besarnya dipelihara dengan pengertian sebelum dia diangkat dan memegang jabatan penghulu dia sudah besar dan tinggi juga di dalam kaumnya. Karena kelebihannya ini pilihan jatuh kepada dia atau dikatakan juga “tinggi menyentak rueh”.
Kekuasaan Ninik mamak dalam adat Minang kabau hanyalah tinggi sarantiang jumbo-jomboan sarangguik runtuah badaram, didahulukan cuman salangkah bajarak tungkai-tungkaian sahambua lompeklah tibo sadatiak wakatu nampak satitiak salah basuo baitu ukua jo jangko di dalam alam Minang Kabau”. 
Seorang penghulu diibaratkan “ aie janiah, sayak nan landai, bak kayu di tangah padang, ureknyo tampek baselo, batangnya tampak basanda, dahannya tampek bagantuang, buahnya ka dimakan, daunnyo tampek balinduang ”,

Ampek Jinih Di Matua
di Matua dengan kelarasan bodi caniago yaitu adat Dt Parpatiah nan sabatang Dalam memimpin sukunya, penghulu (Datuak) dibantu oleh tiga orang pembantu yaitu :
a.    Datuak
Adalah Pangulu pucuak pimpinan dalam kaum pasukuanya dan dalam panggilanya disebut datuak
b.    Panungkek
Adalah wakil dari Datuak, biasanya panungkek menaangani urusan  administrasi, ( di Matua panggilan panungkek adalah pangulu)
c.    Imam urusannya menyangkut bidang keagamaan
d.    Katib bertugas urusan penyalasai masalah dalam kaum

Beberapa jenis pengangkatan pengulu, adalah sebagai berikut :
1.    Mati Batungkek Budi, maksudnya bila seseorang penghulu meninggal dunia, maka pada hari itu juga dicarikan gantinya. Setelah pemakaman dilewakan di makam tersebut siapa yang akan menggantikan penghulu yang meninggal tersebut. Cara seperti ini juga diaktakan melewakan di tanah tasirah. Syaratnya sekata kaum, dan disetujui oleh penghulu-penghulu suku dan nagari.
2.    Hiduk Bakarilahan, bahwa gelar pusaka itu dapat digantikan atau diserahkan kepada kemenakan selagi penghulu tersebut masih hidup. Hal ini bisa terjadi bila penghulu itu sudah tua sehingga tidak dapat lagi menjalankan tugasnya. Dalam adat dikatakan “kok lurahlah dalam, bukiklah tinggi, jalan tak tatampuah, alek tak taturuik”dalam pelaksananaanya harus menurut prosedur yang berlaku dan adat setempat, jadi bukan selesai pada kaum saja. Pengangkatan penghulu hidup berkelirahan hanya terdapat dalam sistem adat bodi chaniago,
3.    Batu Gadang Aia Basibak  hal ini dapat terjadi bila terjadi perselisihan umpama terhadap warih nan ka manjawek pusako nan kabatolong dalam kaum yang tidak dapat diselesaikan maka dapat dibentuk pangulu baru dengan membagi dua kaumnya.
4.    Mangguntiang Siba Baju hal ini dapat terjadi bila jumlah anggota keluarga dalam sebuah kaum sudah sedemikian besarnya. Untuk kelancaran urusan anak kemenakan, maka diangkat seorang penghulu yang gelarnya hampir serupa dengan gelar yang asli, jika gelar pusakanya datuk bandaro, maka gelar yang baru datuk bandaro kayo. Kedudukan kedua datuk ini “duduk sama rendah, tegak samo tinggi”.
5.    Mambangkik Batang Tarandam jika didalam suatu suku  belum ada yang dapat menggantikan pangulu yang lama .Jika nanti sudah ada sepakat kaum dan yang akan memikul gelar sudah ada maka diangkatlah kembali pangulu tersebut.
6.    Mangambang Nan Talipek mungkin karena tertundanya pengangkatan pengulu, maka ditangguhkan sementara menjelang hari baik katiko pun elok dan dilantiklah pangulu baru
7.    Siriah Hanyuik Jo Gagangnyo. bila anak kemenakan yang asalnya inggok mancakam, tabang manumpu telah berkembang dan sudah mungkin mengatur kaumnya sendiri, maka kaumnya dapat diberi gelar pusaka suku oleh kaum yang menjadi tepatannya. Pengangkatan dan pemberian gelar ini bila gelar pusaka di tempat asalnya tidak diketahui lagi, dan sepakat kaum yang ditepati, suku dan nagari. Namun prosedur sepanjang adat tetap berlaku.
8.    Manyiliah Ditangah Jalan yaitu penggangkatan pangulu baru yang disebabkan pangulu yang lama diberhentikan karena melanggar ketentuan adat maupun undang undang. Karena Malu pangulu malu kaum

Pantangan (larangan) Penghulu,
Penghulu atau Datuak sebagai pemangku adat nan didahulukan salangkah, nan ditinggikan sarantiang mempunyai pantangan-pantangan yang tidak boleh dilakukannya sebagai pengulu. Pantangan ini gunanya untuk menjaga martabat dan wibawa penghulu itu di tengah-tengah anak kemenakan.Pantangan-pantangan penghulu tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Mahariak Mahantam Tanah, Pengulu atau Datuak  harus bersifat sabar, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak kemenakan banyak tingkahnya yang tidak sesuai dengan ajaran adat dan moral. Dalam menghadapi hal-hal yang tidak baik ini, seorang Pengulu atau Datuak harus bijaksana dan pandai membawakan diri, seperti dikatakan juga harimau dalam paruik, kabiang juo nan dikaluakan. Seorang penghulu harus menjauhi sifat-sifat yang suka menyingsingkan lengan baju untuk menentang seseorang berkelahi.
2.    Balari lari , walaupun bagaimana terburu-burunya seorang Pengulu atau Datuak karena sesuatu hal, baginya terlarang untuk berlari-lari, apalagi berlari kencang. Berlari-lari membuat dirinya seperti kanak-kanak. Balari lari juga diartikan dengan mengerjakan sesuatu dengan terburu buru.
3.    Manjujuang jujuang,. Kalau ini terjadi akan hilang wibawa Pengulu atau Datuak, hal ini juga diartikan bahwa Pengulu atau Datuak tidak boleh terlalu memuji muji atau terlalu menyanjung nyanjung kemenakan mungkin karena mengharap karena jabatan atau kekayaan kemenakan itu sendiri.
4.    Mamanjek manjek, pantangan bagi seorang Pengulu atau Datuak ini dapat diartikan dengan seorang Pengulu atau Datuak berpihak dan dapat dikendalikan oleh kemenakan yang berada, juga disebut mamijak batuang sabalah .
Kesemua pantangan pangulu tersebut bukanlah yang sebenarnya tetapi dibaco nan tasirek makna kato nan tabayang.

Sumbang Salah Pangulu
1.    Tapanjek Dadok Baduri Pengulu atau Datuak yang melanggar hukum baik secara adat maupun syarak serta Undang Undang Negara
2.    Tatampuah Rimbo Larangan, Pengulu atau Datuak yang melakukan perbuatan yang jelas dilarang, seperti meminum minuman keras , berjudi, dan Narkoba
3.    Takuruang Di Biliak Dalam, Pengulu atau Datuak yang melakukan kejahatan sex dan susila yaitu. sawah indak bapamatang ladang nan indak bapintalak , mamanciang di tabek urang
4.     Tapasuntiang di Bungo Karang, Pekerjakan Pengulu atau Datuak yang tercela oleh masyarakat , seperti kawin sasuku, manyiliah lapiak hiduik hiduik atau merebut istri orang, atau sebagai  dibayar sebagai paapuih talak.
Kumuah baju nan bapakai, baju nan miliak punyo kamanakan , angku manompang mamakainyo. Nan pintak jo pinto, ukua jo jangko jan talampau cupak jo gantang jan malanjuang.dima bana latak batehnyo angku nan paham tantang itu

0 komentar:

Posting Komentar