Senin, 03 Juli 2017

MAMBAO ANAK TURUN MANDI

Prosesi aqiqah di Minangkabau mengikuti ajaran agama Islam. Dalam kepercayaan Islam anak yang baru lahir itu tergadai (terhambat) pada aqiqahnya. Maka pada hari ke-7 sejak  kelahiran keluarga akan menebusnya dengan mengadakan  aqiqah. Bila kondisi keuangan tak memungkin bisa dilakukan pada hari ke-14 atau ke-21. Jika masih tak mampu, aqiqah boleh dilakukan dengan mandoa urang siak dengan sebutan Mambao anak turun mandi atau babadak anak.

Prosesi aqiqah di Matua mulai dengan memberi tahu kerabat dan handai tolan bahwa satu keluarga bermaksud mengakikahkan anak atau kamanakan. Pelaksanaan aqiqah dengan melaksanakn mamangggia pisuruah dari ninik mamk nan batungku . Sehari sebelum acara diadakan pemotongan kambing  Jumlah kambing yang disembelih 2 ekor untuk anak laki-laki dan 1 ekor untuk anak perempuan.

Unsur budaya dalam prosesi aqiqah di Minangkabau
Syariat aqiqahnya sendiri dilangsungkan menurut agama. Namun tata laksana banyak dipengaruhi unsur budaya. Seperti memasak daging kambing pasti mengikuti tradisi  daerah dimana aqiqah dilaksanakan. Dalam prosesi aqiqah di  Minangkabau daging kambing dimasak tanpa meninggalkan santan, cabe merah dan bumbu-bumbu lainnya. Proses memasak kambing akikah dilaksanakan secara bersama dalam pasukuan payuang panji serta kerabat terdekat. Setelah masak gulai kambing yang berkuah kental dan lezat itu disedekahkan. Tapi keluarga yang punya hajat juga boleh menikmatinya.

Babaua - Baua
Untuk menghadapi pesta aqiqah  yang akan melibatkan sejumlah anggota  masyarakat dalam ruangan lingkup persukuan dan kampung serta nagari ,maka untuk itu di perlukan persiapan yang memadai tentunya memerlukan banyak tenaga
Untuk mengatur tatalaksana pekarjaan diadakanlah pertemuan yang dihadiri oleh kerabat bertali darah ,kerabat bertali budi dan rang sumando seta tetangga yang berdekatan
               Pertemuan tersebut di pimpin oleh mamak adat Kepala Kaum Nan Batungku dalam istilah adat di Matua namanya ‘” Babaue-baue” Dalam kata pembukaan mamak kepala kaum menyampaikan kaidah adat yang berbunyi “Barek sapikue ringan sajinjiang” maksudnya setiap yang hadir menyumbangkan tenaga sesuai dengan statusnya masing-masing ,kemenakan bertugas baik yang lelaki maupun yang perempuan ialah melaksanakan pangilan “:mamangie” Rang sumando bebanya menanti tamu
               Pengarahan selanjunya bunyi kalimat yang di pergunakan sewaktu menyampaikan panggilan “Kami tasuruh dek Mamak Nan Batungku.....

Acara Pelaksanaan
Pada Hari yang telah dtentukan yang mana semua panggilan (si alek ) telah bersama sama diatas rumah yang mana duduknya disesuaikan jabatan masing masing, seperti ninik mamak, mak rumah, rang sumando dan tetamu lainya. Cara duduk telah diatur sesuai dengan ketentuan yang adat yang berlaku di Matua yaitu :
a.    Rang Sumando duduknya harus bebelakangi pintu kamar.
b.    Mak rumah duduknya menghadap pintu kamar.
(posisi duduk di rumah si alek dapat menyesuaikan dengan posisi rumah sipangka, adakalanya kamar berhadapan, maka mamak rumah duduknya agak menjauh dari pintu kamar)
c.    Ninik Mamak biasanya duduknya ditengah yang lainya dan disesuaikan suku mamak itu sendiri yaitu pada posisi mamak atau rang sumando.
Diadalam alek aqiqah mamak Kepala adat yang hadir pada cara tersebut mengenakan pakaian kebesaran yaitu saluak. Biasanya mamak adat memakai Jas dengan kain yang terlilit dileher serta saluak dikepala.
Setelah si alek telah hadir diatas rumah seperti biasanya rang sumando mengajak tamu (si alek) untuk makan. Menjaka makan dengan menggunakan pidato pasambahan dari rang sumado kepada mamak rumah.
Pada acara makan tersebut, gulai kambing telah terhidang kepada seluruh sanak famili yang hadir saat itu. Sedangkan Gulai Kepala kambing terletak persis di depan ninik mamak yang hadir, yang mana gulai kepala kambing tersebut kan dimakan secara bersama- sama tetapi didahului oleh ninik mak yang hadir.
Kenapa Gulai kepala kambing utuh dielatakan. Hal itu menunjukan bahwa benar dilaksanakan aqikah dengan menyembelih kambing. Jika gulai kepala kambing tidak diletakan ditengah tengah jamba, maka nanti akan muncul pertanyaan yang mana Ombak kadangaran Pasia indak kalietan

Memotong Rambut
Dalam literatur, aqiqah maksudnya adalah pemotongan. Menyembelih kambing atau domba. Namun ada pula yang mengatakan aqiqah adalah pemotongan rambut atau mencukur rambut lahir. Yaitu rambut yang dibawa bayi dari dalam kandungan ibunya. Pada hari ke tujuh ini si bayi juga diberi nama. Ninik mamak mengumumkan nama tersebut pada hadirin. Dalam wejangan beliau mengatakan bahwa nama yang melekat pada tiap anak adalah doa, maka berilah mereka nama yang baik. Dan bila kelak sang anak berbuat kesalahan agar bapak-ibu yang hadir  tak segan menegur sebab anak itu adalah anak mereka semua.
Dalam acara potong rambut , biasanya si bayi digendong oleh bapaknya dan dibawa kehadapan Mamak adat Bayi tersebut. Kemudian acara pemotongan rambut dimulai terlebih dahulu oleh mamak adat tersebut dan kemudian baru diikuti oleh yang lainya secara bergantian.
Tidak ada ketentuan apakah rambut harus digundul atau tidak. Yang jelas rambut harus di potong sekedar syarat saja.Biasanya potongan rambut akan dimasukan kedalam cawan basuah atau gelas yang telah diisi air.
Selain dari cawan basuah yang berisi air, juga telah tersedia sebiah piring yang berisi beras, dan ditas beras tersebut diletakan cabe, garam, bawang, dan uang semampunya.
Kemudian si mamak memegang cabe, garam, bawang yang sudah tersedia mengoleskan ke bibir si bayi secara bergantian.
Setiap prosesi yang dilakukan memiliki arti yang dalam yaitu :
a.    Beras memiliki arti diharapkan anak tersebut nantinya hidup berkecukupan baik sandang maupun pangan
b.    Cabe (nak tau padehnyo lado) memiliki arti bahwa anak akan tahu bahwa hidup ini pedas dan dia dapat melalauinya
c.    Garam (nak taraso asinyo garam) memiliki arti panjangnya perjalanan  hidup yang kan dilalui olek anak terbut. Garam dapat juga diartikan dengan lautan, yang mana kelak sianak siap untuk menghadapi gelombang hidup yang kan dilaluinya.
d.    Bawang ( bia jaleh singanyo bawang) memiliki arti bahawa dalam kehidupan bermasyarakat tidak selalu manis tetapi ada banya cobaan.
e.    Uang yang terlatak diatas beras merupakan sedekah dari keluarga si anak, dan biasanya uang tersebut diserahkan ke masjid. 
Setelah prosesi potong rambut (cacak abuak) selesai maka, maka dilanjutkan dengan membaca do’a oleh salah seorang ulama dan diikuti oleh yang lainya.
Setelah semua upacara selesai, maka si alek akan minta pulang melalui pdato pasambahan yang disampikan oleh mamak rumah yang ditujukan pada rang sumando

0 komentar:

Posting Komentar