Prosesi aqiqah
di Matua
mulai dengan memberi tahu kerabat dan handai tolan bahwa satu keluarga
bermaksud mengakikahkan anak atau kamanakan. Pelaksanaan aqiqah dengan melaksanakn mamangggia
pisuruah dari ninik mamk nan batungku .
Sehari sebelum acara diadakan pemotongan kambing Jumlah kambing
yang disembelih 2 ekor untuk anak laki-laki dan 1 ekor untuk anak perempuan.
Unsur budaya
dalam prosesi aqiqah di Minangkabau
Syariat
aqiqahnya sendiri dilangsungkan menurut agama. Namun tata laksana banyak
dipengaruhi unsur budaya. Seperti memasak daging kambing pasti mengikuti
tradisi daerah dimana aqiqah dilaksanakan. Dalam prosesi aqiqah di Minangkabau daging kambing dimasak
tanpa meninggalkan santan, cabe merah dan bumbu-bumbu lainnya. Proses memasak
kambing akikah dilaksanakan secara bersama dalam pasukuan payuang
panji serta kerabat terdekat. Setelah masak gulai kambing yang berkuah kental dan
lezat itu disedekahkan. Tapi keluarga yang punya hajat juga boleh menikmatinya.
Babaua - Baua
Untuk menghadapi pesta aqiqah yang akan melibatkan sejumlah anggota masyarakat
dalam ruangan lingkup persukuan dan kampung
serta nagari ,maka untuk itu di
perlukan persiapan yang memadai tentunya memerlukan banyak tenaga
Untuk mengatur tatalaksana pekarjaan
diadakanlah pertemuan yang dihadiri oleh kerabat bertali darah ,kerabat bertali
budi dan rang sumando seta tetangga yang berdekatan
Pertemuan tersebut di pimpin
oleh mamak adat Kepala Kaum Nan Batungku dalam istilah adat di Matua namanya ‘” Babaue-baue” Dalam
kata pembukaan mamak kepala kaum menyampaikan kaidah adat yang berbunyi “Barek sapikue ringan sajinjiang” maksudnya setiap yang
hadir menyumbangkan tenaga sesuai dengan statusnya masing-masing ,kemenakan
bertugas baik
yang lelaki maupun yang perempuan ialah melaksanakan pangilan “:mamangie” Rang
sumando bebanya menanti tamu
Pengarahan selanjunya bunyi
kalimat yang di pergunakan sewaktu menyampaikan panggilan “Kami tasuruh dek Mamak Nan
Batungku.....
Acara Pelaksanaan
Pada Hari yang telah dtentukan
yang mana semua panggilan (si alek ) telah bersama sama diatas rumah yang mana
duduknya disesuaikan jabatan masing masing, seperti ninik mamak, mak rumah,
rang sumando dan tetamu lainya. Cara duduk telah diatur sesuai dengan ketentuan
yang adat yang berlaku di Matua yaitu :
a. Rang Sumando duduknya harus bebelakangi pintu kamar.
b. Mak rumah duduknya menghadap pintu kamar.
(posisi duduk di rumah si alek dapat menyesuaikan dengan
posisi rumah sipangka, adakalanya kamar berhadapan, maka mamak rumah duduknya
agak menjauh dari pintu kamar)
c. Ninik Mamak biasanya duduknya ditengah yang lainya
dan disesuaikan suku mamak itu sendiri yaitu pada posisi mamak atau rang
sumando.
Diadalam alek aqiqah mamak Kepala adat yang hadir
pada cara tersebut mengenakan pakaian kebesaran yaitu saluak. Biasanya mamak
adat memakai Jas dengan kain yang terlilit dileher serta saluak dikepala.
Setelah si alek telah hadir diatas rumah seperti
biasanya rang sumando mengajak tamu (si alek) untuk makan. Menjaka makan dengan
menggunakan pidato pasambahan dari rang sumado kepada mamak rumah.
Pada acara makan tersebut, gulai
kambing telah terhidang kepada seluruh sanak famili yang hadir saat itu.
Sedangkan Gulai Kepala kambing terletak persis di depan ninik mamak yang hadir,
yang mana gulai kepala kambing tersebut kan dimakan secara bersama- sama tetapi
didahului oleh ninik mak yang hadir.
Kenapa Gulai kepala kambing utuh
dielatakan. Hal itu menunjukan bahwa benar dilaksanakan aqikah dengan
menyembelih kambing. Jika gulai kepala kambing tidak diletakan ditengah tengah
jamba, maka nanti akan muncul pertanyaan yang mana Ombak kadangaran Pasia indak kalietan
Memotong Rambut
Dalam
literatur, aqiqah maksudnya adalah pemotongan. Menyembelih kambing atau domba.
Namun ada pula yang mengatakan aqiqah adalah pemotongan rambut atau mencukur
rambut lahir. Yaitu rambut yang dibawa bayi dari dalam kandungan ibunya. Pada
hari ke tujuh ini si bayi juga diberi nama. Ninik mamak
mengumumkan nama tersebut pada hadirin. Dalam wejangan beliau mengatakan bahwa
nama yang melekat pada tiap anak adalah doa, maka berilah mereka nama yang
baik. Dan bila kelak sang anak berbuat kesalahan agar bapak-ibu yang
hadir tak segan menegur sebab anak itu adalah anak mereka semua.
Dalam acara potong rambut ,
biasanya si bayi digendong oleh bapaknya dan dibawa kehadapan Mamak adat Bayi
tersebut. Kemudian acara pemotongan rambut dimulai terlebih dahulu oleh mamak
adat tersebut dan kemudian baru diikuti oleh yang lainya secara bergantian.
Tidak ada
ketentuan apakah rambut harus digundul atau tidak. Yang jelas rambut harus di
potong sekedar syarat saja.Biasanya potongan rambut akan dimasukan kedalam cawan basuah atau gelas yang telah diisi air.
Selain dari cawan basuah yang
berisi air, juga telah tersedia sebiah piring yang berisi beras, dan ditas
beras tersebut diletakan cabe, garam, bawang, dan uang semampunya.
Kemudian si mamak memegang cabe,
garam, bawang yang sudah tersedia mengoleskan ke bibir si bayi secara
bergantian.
Setiap prosesi yang dilakukan
memiliki arti yang dalam yaitu :
a. Beras memiliki arti diharapkan anak tersebut
nantinya hidup berkecukupan baik sandang maupun pangan
b. Cabe (nak tau
padehnyo lado) memiliki arti bahwa anak akan tahu bahwa hidup ini pedas dan
dia dapat melalauinya
c. Garam (nak taraso asinyo garam) memiliki arti
panjangnya perjalanan hidup yang kan
dilalui olek anak terbut. Garam dapat juga diartikan dengan lautan, yang mana
kelak sianak siap untuk menghadapi gelombang hidup yang kan dilaluinya.
d. Bawang ( bia jaleh singanyo bawang) memiliki arti
bahawa dalam kehidupan bermasyarakat tidak selalu manis tetapi ada banya
cobaan.
e. Uang yang terlatak diatas beras merupakan sedekah
dari keluarga si anak, dan biasanya uang tersebut diserahkan ke masjid.
Setelah prosesi potong rambut (cacak abuak) selesai maka, maka
dilanjutkan dengan membaca do’a oleh salah seorang ulama dan diikuti oleh yang
lainya.
Setelah semua upacara selesai, maka si alek akan minta pulang melalui pdato pasambahan yang disampikan
oleh mamak rumah yang ditujukan pada rang sumando
0 komentar:
Posting Komentar